Jakarta - Gubernur Banten, Andra Soni, mengenang masa kecilnya yang penuh perjuangan dalam menempuh pendidikan saat menghadiri acara Halal Bihalal Ikatan Keluarga Payobasuang (IKP) Jaya, Minggu (18/5). Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu di Provinsi Banten.
Andra, yang merupakan putra asal Nagari Payobasuang, menceritakan kisah hidupnya yang inspiratif. Ia mengenyam pendidikan dasar di Malaysia dan melanjutkan sekolah menengah di Tangerang Selatan, Banten, dengan dukungan penuh dari kakak perempuannya, Frima Herawati.
“Saya diberi uang seribu rupiah per hari. Sembilan ratus rupiah untuk ongkos angkot. Sangat minim. Kalau dikenang, terasa menyedihkan,” ujarnya dengan nada haru.
Pengalaman itulah, menurut Andra, yang mendorongnya untuk memberikan perhatian serius terhadap sektor pendidikan, terutama bagi keluarga pra-sejahtera.
“Karena itulah, di Banten saya berkomitmen untuk betul-betul memperhatikan pendidikan, terutama bagi masyarakat kurang mampu. Masa kecil saya menjadi motivasi untuk itu,” tegasnya.
Novel “Lentera Putih” dan Harapan untuk Pendidikan yang Lebih Baik
Dalam acara yang sama, seorang guru honorer asal Sumatera Barat, Atrianil, menyerahkan sebuah novel karyanya berjudul Lentera Putih kepada Gubernur Andra Soni. Buku tersebut ditulis berdasarkan kisah nyata sang penulis yang dituangkan melalui tokoh fiksi bernama Bu Ijah.

Pada bagian sampul belakang Lentera Putih, tertulis pesan mendalam tentang perjuangan guru honorer yang sering kali dipinggirkan meski telah puluhan tahun mengabdi.
“Yang terlintas di pikiran sebagian orang tentang guru honorer di republik ini adalah: kasihan, gaji tidak layak. Padahal sudah puluhan tahun mengabdi. Ada juga yang mengatakan: guru honorer dibutuhkan, tapi dilupakan.”
Atrianil, yang telah lebih dari 40 tahun mengajar, menuturkan bahwa menulis buku ini adalah bentuk luapan keprihatinan sekaligus harapan akan perubahan.
“Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan mimpi saya untuk dunia pendidikan yang lebih adil,” ujarnya.
Buku Lentera Putih bahkan sempat beredar di salah satu toko buku besar nasional pada tahun 2011, meski tidak membawa perubahan signifikan terhadap status dan penghasilannya sebagai guru honorer. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya.
“Menyalurkan kepedihan melalui air mata, doa, dan tulisan merupakan berkah yang harus disyukuri.”
Atrianil kini juga aktif dalam dunia usaha, dan bertekad menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu agar dapat melanjutkan pendidikan.

Menanggapi isi dan pesan dari Lentera Putih, Gubernur Andra Soni menyampaikan apresiasinya dan menegaskan bahwa pihaknya telah berupaya merealisasikan berbagai kebijakan yang berpihak kepada guru honorer.
“Apa yang telah ditulis Buk Ijah dalam Lentera Putih, saya sudah berusaha wujudkan dalam bentuk kebijakan,” ujarnya, disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Momen tersebut pun menjadi haru saat Atrianil menanggapi dengan ucapan penuh rasa terima kasih:
“Terima kasih banyak, Pak Gubernur.”
Acara Halal Bihalal IKP Jaya ini berlangsung khidmat dan penuh kehangatan, menjadi ajang silaturahmi sekaligus pengingat pentingnya perjuangan dalam membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Editor : Buliran News