Buliran.com - Tasikmalaya,
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya masih terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, sejak Januari hingga Agustus 2025, tercatat 577 orang positif DBD.
Dari jumlah tersebut, 2 orang di antaranya meninggal dunia dan 5 orang harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Wabah yang diakibatkan nyamuk Aedes aegypti itu terus bertambah seiring dengan curah hujan yang masih terus terjadi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Asep Hendra mengatakan, kasus DBD yang terjadi sejak awal Januari hingga Agustus 2025 disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak menentu.
Selama tahun 2025, katanya, kemungkinan peningkatan kasus akan terus terjadi. Selain karena faktor cuaca, hal itu juga disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, khususnya sekitar rumah.
”Kasus DBD yang terjadi selama periode Januari hingga Agustus 2025 telah menyebabkan dua kasus meninggal dunia dan membuat lima orang harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit,” ujar Asep, Minggu, 7 September 2025.
Menurut dia, peningkatan kasus perlu terus diwaspadai bersama. Masyarakat diminta supaya selalu melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Serangan nyamuk Aedes aegypti yang terjadi didominasi semua umur, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun, katanya, untuk peningkatan kasus yang terjadi sejak Januari hingga Agustus 2025, kebanyakan menyerang usia anak dan remaja, dengan jumlah laki-laki 285 orang dan perempuan 292 orang.
Daerah Endemik
Asep menyebutkan, kasus DBD di Kota Tasikmalaya sejak Januari hingga Agustus 2025 terjadi merata di sejumlah wilayah kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Namun, kasus terbanyak terjadi di daerah endemik atau daerah padat penduduk, seperti Kecamatan Cihideung, Kecamatan Cipedes, dan Kecamatan Tawang.
”Tapi daerah pinggiran juga, seperti Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Mangkubumi, perlu diwaspadai juga karena jumlah kasusnya relatif tinggi. Apalagi Kecamatan Kawalu, beberapa bulan kemarin angka kasusnya justru tertinggi,” ucap Asep.
Dinas Kesehatan pun, Kata Asep, terus berupaya melakukan edukasi melalui berbagai program pengentasan penyakit DBD, seperti gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dan PSN.
”Kita juga sudah menerbitkan surat edaran wali kota yang ditindaklanjuti surat Dinas Kesehatan yang ditujukan kepada pemerintahan, baik di tingkat Kecamatan, kelurahan, maupun puskesmas, dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk dan gerakan 3M, karena ini yang kita anggap paling efektif,” tuturnya.
Untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh DBD, masih kata Asep, pihaknya juga sudah melakukan diagnosa dini, di antaranya dengan adanya pemeriksaan laboratorium secara gratis.***
(Didik)
Editor : Redaktur Buliran