Buliran.com - Jakarta,
Greenpeace Indonesia menyebut bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh bukan semata-mata disebabkan oleh siklon tropis, tetapi turut dipicu oleh menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan yang semakin terdegradasi.
Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas, dalam keterangan resminya, Senin (1/12/2025) mengatakan, aktivitas ekonomi ekstraktif seperti perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI) menjadi penyebab utama turunnya kemampuan ekosistem menahan laju air hujan dalam siklus ini.
"Dua komoditas ini yang lebih parah secara luas-luasannya, kemudian juga monokultur. Nah, sementara tambang, misalnya yang di Batang Toru, kan ada satu tambang. Dia kecil, enggak terlalu luas," katanya.
Secara spesifik di wilayah Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara misalnya, Greenpeace mencatat terdapat sekitar 94 ribu hektare lahan yang mayoritas digunakan oleh industri ekstraktif kelapa sawit dan 28 persen di antaranya juga terdiri dari hutan tanaman industri."Yang luas itu apa? HPH sekarang (disebut) PBPH, logging concession bahasanya, dan hutan tanaman industri serta perkebunan sawit," katanya.
Editor : Redaktur Buliran