IKM yang awalnya hanya dikenal sebagai akronim dari Ikatan Keluarga Minang melahirkan sebuah hal yang berbeda, karena ternyata IKM tak hanya dalam bentuk Ikatan Keluarga Minang semata, namun juga akronim dari Induk Keluarga Minang.Kedua kapal besar yang sama-sama dipimpin orang besar tersebut justru membuat bingung warga Minang yang jumlahnya puluhan juta di tanah rantau itu. Jika Induk Keluarga Minang dipimpin Komjen Pol Boy Rafli Amar yang saat ini menjabat sebagai Kepala BNPT, maka Ikatan Keluarga Minang berada di bawah kendali Fadli Zon, tokoh vokal dari DPR RI.
Kerancuan ini, jelas bukan sebuah hal yang diharapkan. Namun, begitulah adanya. Selain adanya dua IKM dengan kepanjangan dan pengurus yang berbeda, pun hadir Forum Keluarga Minang Bersatu (FKMB) juga dengan kepengurusan DPP, DPW, DPD dan DPC-nya.Jika Urang Awak hadir dalam sebuah bendera, tentu kekuatannya akan sangat ditakuti. Namun dengan hadir melalui sejumlah wadah, tentu akan timbul pertanyaan, masihkah Rang Minang bersatu?
Jika pepatah Minang menyebutkan,"Kalau Sasek di Ujuang Jalan, Mangko Pulanglah ka Pangka". Artinya kalau ada kekeliruan atau silang sengketa, tentunya dengan duduk bersama akan lahir sebuah kebersamaan dan merekatkan kembali persaudaraan.Perbedaan tak harus disemai dan dibesarkan, justru sebaliknya, Anak Minang harus menunjukkan kematangan dirinya sebagai anak bangsa yang hebat, cerdas dan brilian tanpa adanya faksi yang mengarah pada dualisme, tigalisme atau isme lain sebagainya.
Namun saat ini, keberadaan DPP, DPW, DPD dan DPC organisasi kemasyarakatan Rang Minang tersebut bagaikan jauh panggang dari api. Selain hanya saling membenarkan ego sendiri, juga tak jauh dari road show yang tujuannya jelas menunjukkan keberadaan kita.Ini salah, karena Orang Minang tak diajarkan menepuk dada. Karena kalau itu dilakukan sama saja dengan menepuk air di dulang, dada sendiri juga yang akan basah.
Kalau hanya sumbang menyumbang untuk bencana alam atau kumpul berkumpul yang dilakukan, jauh sebelum DPP, DPW, DPD dan DPC ada, organisasi Minang telah melakukannya. Kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan adalah bukti bagaimana solidnya organisasi kekerabatan masyarakat Minang di perantauan.Adu AD/ART, adu visi dan misi serta bendera organisasi, bukanlah cara masyarakat Minang berekspresi. Nah, sebelum keruh semakin menghitam sebaiknya semua organisasi Minang melalui para pembesarnya introspeksi diri.Masyarakat Minang adalah komunitas yang menjunjung tinggi kebersamaan, kekerabatan dan persaudaraan. Nah, tunggu apa lagi mari sesama anak Minang di perantauan saling bergandengan tangan membangun kampung halaman, mambangkik batang tarandam dengan menjauhkan diri dari keegoisan. ***
Editor : Buliran News