BuliranNews, JAKARTA - Tergerusnya daratan Jakarta, ternyata bukan isapan jempol atau hanya berupa khabar pertakut semata. Salah satu saksi bisu mulai terendamnya ibu kota negara itu adalah Masjid Wal adhuna. Meski sempat menjadi tempat ibadah kebanggaan warga Muara Baru puluhan tahun lalu, kini bangunan masjid bagaikan seonggok pulau di kepung lautan.Kalau kita berkunjung ke daerah Muara Baru Penjaringan, Jakarta Utara, maka akan terlihat pagar dengan tinggi sekitar lima sampai enam meter membatasi daratan dan air laut. Daratan yang tak terendam air laut ditandai sebuah plang bertuliskan, 'Tanah milik PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) cabang Sunda Kelapa'.
Sementara di balik pagar tinggi itu, di tengah-tengah genangan air laut pesisir Jakarta terdapat sebuah bangunan yang sudah rusak terbengkalai karena terendam. Dari ciri atap yang bertumpang, bangunan tersebut adalah sebuah masjid. Ya, itulah Masjid Wal adhuna.
Warga setempat bernama Kusmo (47) mengakui, bahwa bangunan yang kini terendam air laut itu awalnya memang sebuah masjid. Masjid Wal Adhuna namanya. Namun sejak 13 tahun lalu, bangunan masjid yang berada di Teluk Jakarta itu sudah terendam air laut."Sekarang orang-orang yang tahu asal-usul masjid itu udah enggak ada. Tapi ketika umur 10 (1984-red) tahun datang ke sini menyusul, masjid itu sudah ada," tutur Kusmo.
Kusmo menceritakan bahwa kondisi masjid tersebut saat ini kontras dibandingkan dengan masa jayanya sebagai rumah ibadah dulu. Ketika, pelbagai kegiatan keagamaan maupun aktivitas sosial kerap dilakukan warga Gang Gudang Koja.
Berdasarkan penuturan Kusmo, dahulunya wilayah ini juga masih dijadikan tempat untuk sandaran bagi kapal-kapal pengangkut kayu. Berbagai kawasan pergudangan juga memadati area tersebut.Kusmo ingat betul, dahulu ratusan jamaah rutin menunaikan ibadah salat lima waktu di Masjid Wal Adhuna. Jumlah tersebut menurutnya akan melonjak kala salat Jumat ataupun ketika memasuki hari raya. Pasalnya, bangunan itu menjadi satu-satunya masjid terdekat yang berada di sekitar pemukiman masyarakat dan pelabuhan.
Dari yang awalnya hanya sebatas mata kaki pada 2009 silam, saat ini ketinggian permukaan air laut sudah naik hingga mencapai satu setengah meter.
Cat hijau yang dulunya menyelimuti masjid tersebut juga tidak lagi bisa ditemukan. Dinding-dinding masjid yang kerap dihantam oleh gelombang pasang sudah mulai mengelupas.Pada beberapa bagian masjid juga jamak ditemukan lumut-lumut yang tumbuh subur. Pintu dan jendela yang dulunya menempel sudah lama hilang terseret arus laut.
Salah satu bangunan masjid bahkan tak lagi memiliki atap di atasnya. Sementara di bagian kubah masjid, penutup yang terbuat dari lapisan seng juga mulai bolong-bolong di keempat sisinya.Masjid Wal Adhuna Terpisah dari Daratan
Peristiwa bocornya tanggul di dekat masjid yang membuat kawasan Muara Baru menjadi terendam juga memperparah kondisi tersebut. Sejak saat itu, dikatakan Kusmo warga mulai tidak menggunakan Masjid Wal Adhuna.Pascabocornya tanggul dan banjir rob yang sempat melanda wilayah ini, Pemprov DKI Jakarta memang langsung membangun tanggul yang membatasi wilayah pemukiman dengan pesisir pantai.
Editor : Buliran News