"Sistem penataan air permukaan (drainase) di sekitar lokasi bencana yang kurang baik dan terakumulasi di area lokasi gerakan tanah atau tanah longsor, dipicu oleh curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama," ungkap Lana.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1992) batuan penyusun di di lokasi bencana termasuk kedalam satuan Andesit Waringin-Bedil, Malabar Tua (Qwb) yang terdiri dari perselingan lava, breksi, tuf, bersusunan andesit dan hornblenda.
Sedangkan berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM 2016, daerah bencana terletak di Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah.
"Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Pada bulan Desember 2025 Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerain ESDM, Desember 2025), daerah bencana terletak pada Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah, artinya Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah," ungkap Lana.Lana menegaskan pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Editor : Redaktur Buliran