"Pada seminar itu, ada empat tuntutan kami. Diantaranya Gelar Sidang Istimewa, Turunkan Soeharto, Cabut Dwi Fungsi ABRI dan Turunkan Harga Sembako," ucapnya menerawang.Pria dengan motto hidup "menggali potensi meraih prestasi" ini tak menyangka kalau seminar di Salemba akan menjadi bola salju dan issue seminar tersebut menjadi booming di seluruh Indonesia.
"Pada akhirnya, kami menjadi salah satu lokomotiv pergerakan 98 dan sewaktu penembakan mahasiswa di Trisakti, kami sedang berada di Salemba. Pada masa – masa itu, saya tidak pernah pulang ke kost karena mengawal gerakan reformasi. Waktu rombongan mahasiswa ke Senayan, saya ikut ke Senayan dan waktu Soeharto turun saya juga berada di Senayan. Idealisme saya sangat bertumbuh pesat saat menjadi aktivis di UI," imbuhnya.Sebagai bagian dari reformasi, Hasbullah yang sangat mengidolakan Amien Rais pun "terseret" pula arus tersebut dengan menjadi bagian dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang memang didirikan Amien Rais.
Bintang Hasbullah ternyata kian benderang, saat ikut kontestasi politik dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota Depok tahun 1999, Hasbullah mendapat kepercayaan untuk menjadi wakil rakyat. Tak hanya sekali, dua kali malah pria ini mendapat kepercayaan masyarakat untuk mengabdi di DPRD Kota Depok.Meski tak lagi aktif di pergerakan mahasiswa, namun semangat aktivis Hasbullah tak mampu menjauhkannya dengan kegiatan mahasiswa. Dia selalu memantau kegiatan "adik-adiknya" itu.
Penyuka buku dengan koleksi lebih dari 3000-an buku ini menyebutkan, siapapun orangnya, harus mempunyai keyakinan hati. Menurutnya, dalam hidup ini tidak pernah perbuatan baik itu tertukar. ***
Editor : Buliran News