Scroll untuk baca artikel
banner ping kiri 120x600
banner kuping kanan120x600
banner1

Analisis Geografis, Sosiologis & Antropologis Linguistik, Tempatkan Kaur Bengkulu Sebagai Pusat Kerajaan Sriwijaya?

Analisis Geografis, Sosiologis & Antropologis Linguistik, Tempatkan Kaur Bengkulu Sebagai Pusat Kerajaan Sriwijaya?
Analisis Geografis, Sosiologis & Antropologis Linguistik, Tempatkan Kaur Bengkulu Sebagai Pusat Kerajaan Sriwijaya?
bawah headline

Oleh: Irsan Hidayat, M.AP | Alumni Pasca Sarjana Universitas NasionalKontroversi Masuknya Islam ke Nusantara

Referensi tentang masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) bisa dikupas dari beberapa teori dan pendapat. Cukup masyhur dikalangan masyarakat Indonesia (karena tercantum dalam buku pelajaran) adalah teori Gujarat yang diungkapkan sarjana asal Belanda bernama Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje.Menurutnya, Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 oleh pedagang asal Gujarat, India dengan daerah pertama yang dimasuki adalah Kesultanan Samudra Pasai, Aceh. Pendapat yang dibangun Snouck Hurgronje, bahwa masuknya Islam ke Nusantara tidak mungkin dari Arab tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di India.

Teori Gujarat Snouck Hurgronje ini dinyatakan lemah oleh Prof. Ahmad Mansur Suryanegara didalam bukunya Api Sejarah pada jilid ke-1. Kelemahan teori Gujarat menurut Ahmad Mansur Suryanegara, karena tidak menjelaskan masuk atau berkembangnya Islam.Kelemahan selanjutnya tidak menjelaskan mazhab apa yang dianut pedagang Gujarat dan mazhab apa dianut oleh Kesultanan Samudra Pasai. Penguraian mengenai mazhab ini penting untuk melihat persesuaian pembawa ajaran dan penganut, sebagai hukum pembuktian.

Teori paling kuat tentang masuknya Islam ke Nusantara (paling tidak menurut Penulis) adalah teori Mekkah Prof. Buya Hamka dan teori Maritim N.A. Baloch. Kedua teori ini hakikatnya saling menguatkan. N.A Baloch seorang sejarawan asal Pakistan menjelasnkan bahwa bangsa Arab dikenal sebagai wiraniagawan (pedagang yang langsung menjual barang kepada konsumen).

Sehingga menurutnya ajaran Islam mulai dikenalkan disepanjang jalan laut yang disinggahi, mulai abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi. Dalam bukunya The Advent of Islam in Indonesia (Api Sejarah jilid I), pengenalan ajaran Islam telah masuk ke pantai-pantai Nusantara Indonesai hingga Cina Utara oleh wiraniagawan asal Arab.Teori Makkah Buya Hamka menggunakan fakta yang diangkat dari berita Cina Dinasti Tang. Dalam berita Cina itu disebutkan bahwa ditemukan hunian pedagang Arab di pantai barat Sumatra. Maka disimpulkan bahwa masuknya Islam ke Nusantara berasal dari Arab. Sedangkan Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke-13 merupakan hasil dari perkembangan ajaran Islam, bukan awal masuknya agama Islam.

Advertisement
scrol dalam berita
Scroll kebawah untuk lihat konten
Teori Maritim dan teori Mekkah ini juga diperkuat oleh Dr. Ustadz Adi Hidayat. Beliau menguraian tentang diabadikannya bahasa Indonesia di dalam Al-Qur’an. Pada Surah Al-Insan Ayat 5, dimana terdapat kata kafura (kafur atau kapur). Kapur merupakan bahasa asli Indonesia atau Nusantara yang tidak ditemukan dalam bahasa Yunani, Romawi, Persia maupun Arab. Diabadikannya kapur didalam Al-Qur’an, karena bangsa Arab sebelum kelahiran Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, telah terjadi hubungan dagang hingga ke wilayah Nusantara, khususnya daerah Baros (Tapanuli, Sumatera Utara).

Oleh karena bangsa Arab tidak menggunakan kosakata “O”, penyebutan kata “O” diganti dengan “U”. Sehingga Baros oleh bangsa Arab disebut dengan Barus. Baros adalah daerah penghasil kapur dimana pohon Dryobalanos Aromatica hanya tumbuh di Baros, jikapun ada di luar daerah, hanya sedikit di Kalimantan dan Brunei Darussalam.Kamper yang banyak beredar saat ini tidak lagi murni dari pohon kapur, melainkan hasil rekayasa kimia/sintesis. Sehingga menurut Ustadz Adi Hidayat, adanya kata Kafura (kapur barus) di dalam Al-Qur’an merupakan bentuk pengabadian hubungan antara Haramain dengan Nusantara.

Tentang daerah Baros menjadi daerah pertama yang disinggahi wiraniagawan asal Arab pada abad ke-7 diperkuat lagi dengan dua fakta yang ada. Pertama adalah Baros merupakan kota tua yang memiliki bandar niaga (pelabuhan) internasional sejak sebelum tahun masehi. Hal ini berdasarkan peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolemaus, Gubernur Kerajaan Yunani (abad ke-2 M). Peta kuno tersebut tergambar adanya bandar niaga di pesisir barat Sumatra bernama Barousai (Baros).Fakta kedua adalah ditemukannya makam kuno yang ada sejak abad ke-7, seorang Muslim bernama Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut. Di batu nisannya tertulis dalam bahasa Arab, “Fa Kullu Syai’un Halikum Illa Wajhullah” (maka segala sesuatunya hancur kecuali Dzat Allah). Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut berada di Baros antara tahun 34 Hijriah sampai tahun 44 Hijriah. Maka dipastikan bahwa Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut yang hijrah ke Baros merupakan salah seorang Sahabat Rasulullah.

Jadi saya menyimpulkan bahwa masuknya ajaran Islam ke Nusantara sejak abad ke-7 M, yang dibawa oleh wiraniagawan asal Arab. Sebagaimana dinyatakan Buya Hamka, bahwa Kesultanan Samudra Pasai merupakan dampak dari perkembangan penyebaran ajaran Islam, memiliki keterkaitan dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang akan diuraikan selanjutnya. Fakta sejarah ini penting untuk diketahui dan dibumikan kembali untuk membawa spirit Keislaman agar Indonesia keluar dari keterpurukan.Mualafnya Raja Sriwijaya, Sri Indrawarman

Tipikal masyarakat Sumatra masa lampau sangat kuat dalam bertutur (lisan), namun lemah dalam manuskrip (tulisan). Sehingga sejarah tertulis dalam bentuk buku tentang Sumatra pertama kali (atau paling fenomenal) ditulis orang Inggris bernama William Marsden. Buku tersebut merupakan hasil riset William Marsden yang dimulai pada tahun 1771, dan pertama diterbitkan pada tahun 1783 dengan judul History of Sumatra. Pada kondisi semacam ini, maka sajian data sejarah masa lalu muncul dengan berbagai versi.Tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya pembuktian empirisnya cukup kuat. Hanya saja dimana letak pusat kerajaannya masih menjadi kontoversi. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya disebutkan melalui sumber luar negeri dan dalam negeri, sumber luar negeri antara lain berita Cina, berita Arab, berita India dan prasasti Nalanda. Sedangkan sumber dalam negeri berasal dari prasasti Kedudukan Bukit (683), prasasti Talang Tuo (684), prasasti Kota Kapur (686), prasasti Telaga Batu, prasasti Karang Berahi (686), prasasti Ligor, dan prasasti Palas Pasemah, (Sri Wintala Achmad, 2018).

Editor : Buliran News
dibawah pilihan editor
Tag:
vertikal dalam kontent
Bagikan

Berita Terkait
Terkini