Bukti bahwa penduduk Bengkulu merupakan Muslim yang taat, juga diungkapkan oleh John Marsden (Residen Inggris di Lais, 1775-1779). John Marsden bertemu dengan Pangeran Sungai Lemau bernama Mohamad Syah I. John Marsden mengungkapkan bahwa Mohamad Syah I seorang Muslim taat yang tergambar oleh prilaku beradab dan penuh sopan santun. Sejarah ini memiliki bukti otentik, antara lain Benteng York dan Benteng Marlborought yang dibangun Inggris hingga sekarang masih ada di Bengkulu.Atas fakta sejarah itu, pendapat kain besurek dibawa oleh pedagang asal Arab dan Gujarat pada abad ke-17 M yang kemudian dilestarikan oleh masyarakat Bengkulu perlu ditintau kembali. Karakteristik masyarakat Nusantara khususnya di Bengkulu pada masa lampau, menjadikan pakaian ataupun kain khas salah satu tujuannya adalah penunjukan identitas. Atas dasar itu saya berpendapat kain besurek ingin mengabadikan momen jauh lebih penting, seolah ingin menunjukkan kepada kelompok masyarakat lain bahwa sejarah masa lalu kami terjadi korespodensi antara Raja Sri Indrawarman dan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, 2 imperium besar pada masanya.
Mendapatkan ciri-ciri Kerajaan Sriwijaya berdasarkan isi surat Sri Indrawarman tidak dapat dilakukan secara laterlate. Dari rangkaian kata yang digunakan pada surat itu bisa kita ketahui Sri Indrawarman cukup puitis. Memaknai kalimat dalam isi suratnya juga perlu menggunakan pendekatan bahasa. Saya memaknai penggalan isi surat “…kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah…”, bukan berarti Sri Indrawarman memiliki gajah persis jumlahnya 1.000 ekor. Kalimat tersebut kiasan untuk menginformasikan bahwa (hutan) daerah kekuasaannya luas hingga mampu menjadi habitat gajah dalam jumlah yang banyak.Kabupaten Kaur selain berbatas dengan Samudra Hindia, juga terletak disebelah barat pegunungan Bukit Barisan, yang menjadi habitat gajah Sumatra. Memang populasi gajah Sumatra tidak hanya di Kaur Provinsi Bengkulu, tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung. Namun populasinya di Kaur cukup besar sehingga menjadikan Kaur sebagai salah satu wilayah jaringan bisnis illegal gading gajah.
Terkait dengan isi surat Sri Indrawarman, Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al-Nujum al-Zahirah fi Muluk Misr wa al-Qahirah (Sri Wintala Achmad, 2018:51-52) memiliki tambahan pada akhir isi surat, yakni mengirim hadiah kepada Khalifah Umar Bin Abdul Aziz salah satunya batu ratna. Batu ratna sendiri merupakan jenis batu agate atau umum disebut akik. Batu ini sangat banyak ditemukan di daerah muara sahung Kabupaten Kaur yang lebih dikenal batu cempaka ratna. Muara sahung menjadi salah satu daerah penghasil batu agate/akik terbaik di Indonesia.Pasca terbunuhnya Sri Indrawarman karena penghianatan dari dalam didukung kaisar Cina dari Dinasti Tang, tidak lantas ajaran Islam turut lenyap. Selain keluarga Sri Indrawarman yang memilih mengungsi, beberapa rakyat yang juga mualaf (setelah keislamannya, Sri Indrawarman memperbolehkan rakyatnya memeluk Islam) masih mempertahankan agama Islam. Sehingga hukum perjalanan sejarah, akan mewarnai peradaban masyarakatnya. Hal ini pula menjadi dugaan kuat bahwa Kaur sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.
Secara antropologi linguistik, bahasa daerah Kaur dalam beberapa pengucapannya seperti pengucapan bahasa Arab. Terutama pengucapan kata dengan penekanan suara di pangkal tenggorokan. Ini menjadikan aksen bahasa Kaur sekilas Secara antropologi linguistik, bahasa daerah Kaur dalam beberapa pengucapannya seperti pengucapan bahasa Arab. Terutama pengucapan kata dengan penekanan suara di pangkal tenggorokan. Ini menjadikan aksen bahasa Kaur sekilas mirip atau terpengaruh dengan aksen bahasa Arab. Lebih jelasnya bahasa kaur dapat didengarkan langsung melalui media youtube.Bangunan pendapatan dalam tulisan ini sehingga dapat dijadikan wacana ilmiah tentang pusat Kerajaan Sriwijaya di Kabupaten Kaur bukan sesuatu yang baru dan menentang sejarah yang ada. Toh pusat Kerajaan Sriwijaya hingga saat ini masih menjadi polemik dikalangan sejarawan. Setidaknya ada 2 teori, pertama menyatakan pusat Kerajaan Sriwijaya berada di tepi sungai musi (Sumsel), teori kedua menyebutkan 2 lokasi, yakni hilir sungai Batang Hari (Jambi) dan kawasan Candi Muara Takus (Riau).
Beberapa dekade kebelakang muncul pendapat baru bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada di daerah dimana suku Pasemah bermukim, antara lain Kota Pagar Alam, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. Pendapat kemudian berkembang hingga ke daerah Muara Sahung Kabupaten Kaur. Secara administratif, sebelah utara Kabupaten Kaur berbatasan dengan Kabupaten Lahat, Muara Enim dan Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. Pendapat terbaru ini telah diseminarkan, namun hasilnya belum dipublikasikan kepada publik. Bahkan kemungkinan pendapat ini sampai menarik perhatian Sri Sultan Hamengkubuwuno X sampai turun langsung ke Kota Pagar Alam dan Kabupaten Kaur.Sri Sultan Hamengkubuwono X jelas memiliki kepentingan atas pengungkapan sejarah Kerajaan Sriwijaya, karena menjadi bagian rangkaian sejarah Kesultanan Yogyakarta. Dimana Sri Sultan Hamengkubuwono X sendiri mengakui bahwa nenek moyangnya berasal dari suku Basemah. Perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih mendalam untuk mengungkap kebenaran sejarah agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Wallahu’alam Bishawab.
- Achmad, Wintala Sri. 2018. Sejarah Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit, Menelusuri Jejak Sandyakala Imperium Besar Nusantara. Yogyakarta: Araska
- Siddik, Abdullah Haji. 1980. Hukum Adat Rejang. Jakarta: Balai Pustaka
- Suryanegara, Mansur Ahmad. 2018. Api Sejarah 1. Edisi Revisi, Bandung: Surya Dinasti
- Suryanegara, Mansur Ahmad. 1998. Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan
2018 .
- Mimpi-Mimpi Dari Pulau Emas (buku 4 bahasa). Yogyakarta: Cahaya Timur