“Datang lagi wereng. Disemprot malah tambah banyak. Sehingga tambah biaya produksi lagi. Setelah itu datang lagi serangan hama tikus,” lanjutnya.
Kondisi ini membuat biaya produksi tanamnya membengkak. Ia pasrah, tak berharap banyak hasil panen, paling tidak bisa menambal ongkos produksi yang ia keluarkan.
“seandainya panennya berkurangnya 50 persen. Itu sudah syukur Alhamdulillah. Panen full aja biaya pruduksi tidak bisa menutup, apalagi ini panennya 50 Persen. Jadi petani sudah pasti ruginya banyak,” pungkasnya.Ia berharap ada perhatian dari pemerintah, paling tidak ada program supaya populasi tikus tidak semakin menyebar luas. *** (Hani K)
Editor : Redaktur Buliran