Tapi tidak semua orang punya kemampuan untuk memverifikasi data. Lapisan masyarakat awam sering kali hanya melihat sebuah angka atau grafik tanpa memahami konteks di baliknya.
Apalagi jika data tersebut sudah diolah oleh pihak dengan kepentingan tertentu. Dalam kondisi ini, jurnalisme data memiliki tantangan baru, bukan hanya menyampaikan sebuah berita saja tapi menunjukkan pola, tren, dan konteks melalui data yang dapat diuji dan dikaji ulang.
AI: Pendobrak Sekaligus Ancaman?
AI dalam jurnalisme ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi ini memungkinkan analisis cepat terhadap data dalam jumlah besar. AI dapat membantu jurnalis mengidentifikasi pola dalam data. Di sisi lain, AI bisa menghasilkan teks, video dan suara. Tools seperti ini membantu jurnalis mengolah data lebih cepat, tapi juga menjadi senjata berbahaya bagi penyebar disinformasi.
Bayangkan jika sebuah Voice Clone AI bisa membuat seolah-olah orang mengucapkan pernyataan provokatif dan Generative AI sekarang bisa menciptakan gambar peristiwa palsu yang terlihat nyata.
Di sinilah pentingnya literasi data dan komunikasi publik. Masyarakat perlu tahu bukan hanya isi pesan, tapi juga proses dan sumbernya. Editor : Redaktur Buliran