Setidaknya sudah dua kali mantan Presiden Joko Widodo saat menjabat mengungkapkan penyesalannya melihat warga memilih berobat ke negara lain. Indonesia telah kehilangan potensi devisa US$11,5 miliar atau Rp180 triliun karena satu juta lebih warganya tidak berobat di dalam negeri.
“Hampir 2 juta orang, kurang lebih 1 juta orang ke Malaysia, kurang lebih 750 ribu orang ke Singapura dan sisanya ke Jepang, ke Amerika ke Jerman dan lain-lain. Mau kita terus-teruskan?” papar Jokowi pada 2023 lalu.
Tawaran pelayanan kesehatan dari beberapa negara memang menggiurkan bahkan sudah menggabungkan dengan paket medical tourism. Negara tetangga Malaysia menawarkan fasilitas medis, keahlian dokter dan biaya yang lebih kompetitif. Mereka sejak lama menciptakan sejumlah paket menarik seperti 'well man dan well woman' yang mencakup pemeriksaan kesehatan secara komprehensif berbiaya rendah.
Singapura misalnya memiliki sistem perawatan yang diakui WHO paling unggul di Asia dan keenam di dunia. Berbagai pengobatan termasuk kardiologi dan bedah jantung, gastroenterologi, neurologi, onkologi, eftamologi, ortopedi, dan terapi stem cell menjadi andalannya.Sementara India juga menawarkan rumah sakit swasta berkualitas, terutama di kota-kota besar seperti Bangalore, Mumbai, Chennai, dan Delhi. Perjalanan medis ke India tumbuh sebesar 30 persen per tahun. Biaya operasi di India jauh lebih murah puluhan ribu dolar dari pada di Amerika dan Eropa.
Editor : Redaktur Buliran